Kopi dan Rindu Menyatu
Rinduku padamu serupa kopi
Saat kepulnya bergumul di udara
Akan mudah dibawa angin menujumu
Seolah tahu ke mana arah pulang
Rinduku padamu tak ubahnya kopi
Saat aromanya riapkan wangi
Memaksa tabir menyerah dan takluk
Seolah tak punya daya tuk halangi
Rinduku padamu seperti kopi
Saat tegukan mulai dicecap rasa
Pahit semakin menggeliat dalam rongga
Seolah pahami getir kala terpisah
Bicara rindu dan secangkir kopi
Keduanya sama-sama tinggalkan ampas
Tentang kekalahan pada seduhan
Hingga ciptakan sisa yang tak lagi disentuh oleh rasa
PENULIS

Lalik Kongkar, Pemerhati Sosial Minat Kajian Politik Sastra dan Filsafat
“PUASA”
Puasa ramadhan di bulan ini
Mencoba menggali rasa sepi
Menyusuri syair merdu berarti
Menanti segenggam kesejukan hati
Menuliskan sebait lagu mimpi
Puasa ramadhan penuh sejuta pahala
Menyirami segenap jiwa dahaga
Menentramkan kalbu takkan hampa
Menyenangkan hidup bermakna
Mendamaikan setiap gembira raga
Puasa ramadhan bersinar takkan lelah
Merangkai harapan takkan gundah
Menari impian yang terarah
Menunjukkan terang dalam melangkah
“MUSIM HUJAN”
Musim hujan yang terasa manis
Berselimut tetesan rintik gerimis
Meski mungkin batin tertawa pesimis
Haruslah optomis jangan menangis
Musim hujan akan selalu menarik
Menulis barisan bait penuh lirik
Merangkai puisi hadirkan melodi musik
Menyusun deretan kata menggelitik asyik
PENULIS
Anton Sucipto, SP. Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Tulisannya dimuat oleh media cetak dan online.