Kamis, April 24, 2025
No menu items!

Pertunjukan Pantomim “Yoja”

Must Read
jelatadotco@gmail.com
jelatadotco@gmail.comhttps://jelata.co/
jelata.co adalah media untuk masyarakat yang suka bekerja dan berkarya.

Pertunjukan Pantomim

“Yoja”

Kebun Yabbiekayu

Desa Tembi RT 006/RW004, Timbulharjo Sewon Bantul, +62 851-7425-5706

Perempuan dalam Pantomim

Sejak awal kemunculannya, peran tokoh perempuan dalam pertunjukan pantomim masih sebatas pada tokoh pelengkap, atau bahkan menjadi tokoh penghalang tokoh laki-laki dalam mencapai tujuannya. Dua hal ini pernah dituliskan oleh Raihan Robby dan Mutia Sukma ketika menulis tentang dua pertunjukan pantomim (Urun Tumurun, Sunyi yang Nyaring). Dalam seni pantomim, peran ini mulai berubah ketika Anne Sicco, mantan istri dari Marcel Marceau, membuat sebuah pertunjukan di mana tokoh perempuan tidak lagi sebatas peran pelengkap. Dalam pertunjukan pantomim di Indonesia sendiri, tokoh perempuan juga jarang muncul, dan jika pun ada kadang diperankan oleh laki-laki sehingga hal-hal yang semestinya bisa disampaikan oleh mimik, gerak dan gestur tubuh perempuan, hanya menguap entah menyublim, bahkan terkadang, hadir saja tidak.

Tak banyak perempuan menekuni pantomim. Mungkin karena pantomim dianggap tidak kaya maupun eksploratif. Meski ada perempuan belajar pantomim -bisa dilihat dari banyaknya peserta perempuan dari lomba atau kompetisi tingkat sekolah- tapi menyisakan sedikit saja yang masih tekun ketika lomba berakhir. Sedikitnya jumlah pelaku seni pantomim perempuan yang tersisa ini juga yang mengakibatkan minimnya karya-karya pantomim yang membicarakan atau setidaknya menyinggung isu-isu perempuan, jauh ketinggalan dibanding seni-seni yang lain, padahal persoalan tubuh dan olah tubuh adalah dua hal yang erat dengan perempuan.

(Diambil dari catatan proses Pantomim dan Api Gagasan, Tias 2024)

Yoja

Yoja, dalam bahasa Korea berarti perempuan. Dalam keseharian, kata Yoja bisa juga sebagai sebutan untuk menyebut kota Jogja, atau Yogja. Para penampil dalam pertunjukan pantomim ini adalah perempuan, masing-masing membawakan satu nomor karya sendiri. Kompilasi pertunjukan ini semata-mata mempertemukan pegiat pantomim perempuan yang ada di Jogja, untuk menjaga semangat tetap menyala, juga memberikan ide dan inspirasi pada pelaku-pelaku pantomim muda khususnya perempuan.

Acara ini diadakan sebagai bagian dari aktivasi ruang Yabbiekayu, sebuah usaha berkonsep ramah lingkungan yang senantiasa mendukung seni dan komunitas yang bermanfaat bagi lingkungan dan sosial masyarakat. Penampil akan merespon lingkungan dan panggung yang tidak bersifat prosenium. Seluruh tenaga listrik yang digunakan adalah energi bersih dari panel surya.

Penampil

Aik Vela

Profil

Aik Vela adalah seorang seniman teater dan pertunjukan. Melakukan proyek mandiri bertajuk ‘mini monolog’ yang mengandalkan kekuatan dasar keaktoran sebagai basis penciptaan dalam durasi alur pendek. Aik juga menyutradarai pertunjukan teater dengan pendekatan peer workshop yang berkolaborasi bersama masyarakat non seni.

Judul Karya: Kesedihan Haruki Murakami #3

Jasmine Diniesa

Profil

Seorang mahasiswi aktif di Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang berasal dari kota Tangerang Selatan. Pernah terlibat dalam beberapa acara kesenian. Senang mempelajari hal-hal baru, terlebih dalam bidang kesenian. Memulai pengalaman dalam bidang keaktoran pada Lomba Monolog FLSN 2021 dengan naskah “Nasib Sial Seorang Badut” Turut serta dalam acara Gelar Pantomime 2023 & 2024 yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta. Ikut terlibat dalam acara Home Concert 2024 HMJ Teater ISI Yogyakarta sebagai “Egi”

Judul Karya: “Besok Kita Pergi Makan”

Patricia Yuristavia

Profil

Kelompok pertamanya ialah Teater Seriboe Djendela di tahun 2008 dan di sanalah ia berkenalan dengan pantomim. Tahun 2017 bergabung bersama Temu Karya Mime dan telah menubuhkan beberapa karya tunggal maupun kolektif. Baginya pantomim adalah pintu ajaib tempatnya beriang gembira dan menjadi apa saja. Hobinya membuat scrapbook dan menulis puisi, namun akhir-akhir ini sedang gemar menyulam.

Judul Karya: “Kepada Bunga”

Tiaswening Maharsi

Profil

Tias menulis fiksi dan mulai menekuni pantomim sejak berusaha mengalihwahanakan cerita pendeknya sendiri. Seperti karyanya yang berbentuk fiksi, pantomimnya juga mengangkat tema tentang pergulatan manusia modern dengan identitas dan kesepiannya—persoalan sederhana namun tak pernah benar-benar usai.

Judul Karya: “Milyaran Aku yang Menunggu di Antara Rumah dan Matahari Volume Dua”

Komposer Musik: Nadya Hatta

Acara ini didukung oleh

Terima kasih Kepada:
Temu Karya Mimer
Institut Hidup
Limaniac
Sanggar Seni Asrita
Keringat Sastra

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img
Latest News

Andai Aku Jadi Maghrib 

Adzan maghrib berkumandang. Sebuah penanda yang dinantikan. Semua orang yang berpuasa seolah terprogram untuk menunggu detik-detik  itu. Piring sudah...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img