Karena punya orang tua yang serba serius, sejak kecil aku gak pernah punya peralatan tulis yang meriah dan lucu-lucu seperti teman-temanku yg lainnya. Alat tulisku kualitasnya gak kalah jelek, cuma yaa… namanya anak-anak, wajar gak sih kalo kepengen juga punya buku yang penuh gambar kayak anak-anak lainnya? Rasa iri dan dengki sering tumbuh melihat teman-teman yang berangkat ke sekolah dengan seperangkat alat tulisnya yang serba mewah dengan warna-warni dan gambar-gambarnya.
Suatu hari aku melihat sebuah penghapus lucu berbentuk penguin di lantai. “Wah, rejeki!” Batinku. Tanpa pikir panjang kupungut lalu kujadikan hak milik.
Tiba2 teman sebangkuku teriak “itu penghapus punyaku!” Aku yang baru saja menemukan harta karun tentu saja menolak memberikannya! Setelah beberapa menit kami berebut, dia kembali berucap “itu penghapus punyaku!!! Aku punya mamahnyaaaaa!” Sambil mengeluarkan satu seri penghapus berbentuk penguin dari ukuran besar sampai yang kecil-kecil. Celaka! Aku ketahuan nyolong! Pikirku dengan penuh rasa panik. Spontan kukeluarkan senjata terampuh yang kumiliki pada saat itu, kubuka mulutku lebar-lebar dan kukeluarkan air mata buaya sambil berteriak keras supaya guru iba melihatku. Saat itu juga, temanku ikut menangis keras dan kami berdua menangis sejadi-jadinya.
Aku berakhir menangis berjam-jam sampai dikeluarkan dari kelas dan temanku itu berakhir menjadi sahabat sampai aku lulus Sekolah Dasar

Pengirim Tulisan

Lupita Sari Dewi
lahir dan tumbuh besar di kota Wonosobo yang sejuk dan asri. Setelah itu masa remaja ia habiskan di Yogyakarta dan Jakarta. Saat ini Lupita sedang menggeluti dunia seni rupa sambil kembali menggali dunia tulis menulis yang pernah lama ditinggalkan.