Rabu, Desember 24, 2025
No menu items!

TIKET

Must Read

TIKET. Sampai hari ini Jombang belum masuk sebagai titik (yang dianggap) penting dalam peta teater di Indonesia. Tapi saya rasa itu adalah sebuah konsekuensi logis karena Jombang hanya sebuah kota medioker dilihat dari sudut pandang manapun. Tidak cukup besar kontribusi dari sisi ekonomi nasional, tidak ada perihal yang menonjol dari industrinya, tak ada tempat wisata yang wow. Jika Jombang masih dibincang sampai hari ini, itu lebih banyak disebabkan banyak tokoh nasional yang nunut lahir di sini dan banyak pondok pesantren besar. Dengan kontribusi yang ndak banyak bagi negara seperti itu, jadi (saya kira) sangat wajar jika per-teater-an Jombang tak ada yang menganggapnya penting.

Tapi bagaimana jika saya mengatakan bahwa masyarakat penikmat (penonton) teater di Jombang adalah yang teraduhai di Indonesia sampai hari ini? Tentu saja, pernyataan saya itu bukan asal njeplak tanpa ada data yang menyertai..

Saya datang di Jombang tahun 2001, dan untuk pertama kali melihat pertunjukan teater yang serius di sini ya di tahun itu pula. Pertunjukan dari  Komunitas Tombo Ati Jombang yang mementaskan naskah Semar Gugat karya Nano Riantiarno di sebuah gedung bioskop. Ya, anda tidak salah baca. Pertunjukan dilaksanakan di sebuah gedung bioskop karena di tahun itu Jombang belum mempunyai gedung pertunjukan yang representatif. Sebuah gedung bioskop yang disulap menjadi tempat pementasan yang lumayan nyaman bagi penonton (tapi tidak bagi yang pentas hehe..). 4 kali pertunjukan dengan kursi penonton yang selalu penuh membuat saya melongo. Kok bisa di kota sekecil ini ada sebuah pertunjukan teater yang bisa menghimpun penonton begitu banyak.

Tentu satu pertunjukan tidak bisa menjadi representasi utuh dari sebuah kondisi. Tapi ternyata pada pertunjukan-pertunjukan teater selanjutnya antusiasme penonton tetap luar biasa. Dan perihal penonton yang buanyak itu tidak hanya terjadi pada pertunjukan teater dari kelompok-kelompok yang “serius”. Bahkan pertunjukan teater pelajar pun bisa menghimpun penonton dalam jumlah yang banyak. Entah bagaimana cara kerja keproduksian kawan-kawan di Jombang ketika itu sehingga mampu mengelola penonton dengan baik. Dan yang mencengangkan, “tradisi”menghimpun penonton dalam jumlah yang banyak itu tetap terjaga hingga hari ini.

Komunitas Tombo Ati (KTA) Jombang dalam produksinya yang ke 44 (empat puluh empat sodara-sodara!) akan mementaskan naskah Darpana yang merupakan adaptasi dari naskah MaafMaafMaaf karya Nano Riantiarno. Adaptasi naskah dilakukan oleh anak muda yang berbahaya, Fandi Ahmad  dan disutradarai oleh Imam Ghozali . Pementasan akan dilaksanakan tanggal 1-3 Agustus 2025 di Gedung Kesenian Jombang. Ya, Jombang sekarang sudah memiliki sebuah gedung kesenian, yang meski belum terlalu bagus dari sisi kualitas tapi minimal telah memiliki tempat yang (lumayan) representatif untuk sebuah pertunjukan teater.

Dan tahukah anda berapa harga tiketnya? Pasti anda ndak tahu kan, makanya tak critani hehe…

Kawan-kawan KTA menjual tiket pertunjukannya dengan membagi dalam beberapa slot. Earlybird. presale dan end sale. Tahan napas sejenak ya, karena saya belum cerita soal harga tiketnya hehe…

Tiket earlybird sebanyak 200 lembar seharga 35.000 rupiah habis hanya dalam waktu satu jam setelah waktu pemesanan dibuka. Eggak…anda ndak salah baca sodara-sodara! 200 lembar tiket habis hanya dalam waktu SATU JAM!

Selanjutnya tiket presale yang dijual dengan harga 50.000 rupiah disediakan sebanyak 477 tiket. Apakah anda berharap bahwa tiket seharga 50.000 ini akan sulit dijual? Sayang sekali harapan anda tidak tercapai hehe… Dalam waktu satu bulan seluruh tiket presale habis terjual!

Lah, berarti tinggal tersisa tiket yang end sale dong? Iyes… dan anda tahu harga tiketnya berapa? 80.000 rupiah sodara-sodara! Yang lebih gila, untuk kelasnya Jombang tiket pertunjukan teater seharga 80.000 rupiah yang disediakan sebanyak 50 lembar juga laku! Kemarin saat saya ngobrol dengan pimpinan produksinya, tiket end sale ini hanya tinggal tersisa beberapa lembar saja! Jadi kalau hari-hari ini anda pingin ikut beli tiketnya, mungkin sudah ndak kebagian hehe..

Bagi saya, ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik. Disaat kawan-kawan di tempat lain merasa kesulitan menghimpun penonton teater (bahkan dengan harga tiket yang sangat tidak manusiawi hehe..), kawan-kawan di Jombang telah mampu mengelola penonton dengan sangat baik. Sekali lagi saya katakan bahwa saya mencoba melihat fenomena penonton teater ini terjadi di sebuah kota kecil yang bahkan jarang dibicarakan orang perkara teaternya ya… tentu tidak bisa jika dibandingkan dengan tempat-tempat yang dianggap sebagai kiblat pertunjukan kesenian hehe..

Bolehkan kalau kami sombong dan congkak…boleh kan ya? hehe.. Jombang yang bukan siapa-siapa dalam dunia seni pertunjukan (teater) Indonesia ternyata mampu mengelola penontonnya dengan baik. 

Tabik

Penulis

Andhi Setyo Wibowo, Tinggal di Parimono, Jombang, Jawa Timur. Seorang Teaterawan, Pengelola perpustakaan dan penerbitan buku bunga kecil. Beliau sosok seorang penyabar dan penyayang keluarga. Gemar bergaul dengan generSI muda tuk berbagi ilmu kesenian.

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img
Latest News

CATATAN PERJALANAN BENGKEL BENGKEL MIME KE TIMUR #1

Komunitas di Kudus dan Romo Ipeng Catatan ulang memahami, mengerti dan menyirami Latar Belakang lahirnya gagasan "Mandala Indoneis Cinta" Bengkel...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img