Tahun 2019 saya mengantar ibu ke dokter gigi di Puri Denta, Salatiga, untuk pasang gigi palsu. Pertemuan pertama, setelah diperiksa, maka gigi ibu yang ada yang kebetulan sudah banyak rusak harus dicabut. Sekali datang, gigi yang dicabut hanya dua. Oleh sebab itu, untuk mencabut semua giginya, maka ibu harus datang ke Puri Denta beberapa kali. Baru setelah itu proses pembuatan dan pemasangan gigi palsunya.
Saat itu, dokter yang menangani ibu bernama dokter Haryono. Dokternya sudah cukup tua, tampaknya sudah banyak berpengalaman. Dokter haryono termasuk dokter yang nyentrik. Di dalam ruang prakteknya banyak tergantung kepala hewan hasil buruan dan juga terdapat banyak barang-barang antik.
Sambil menunggu ibu ditangani, biasanya saya ikut masuk ruang praktek dan duduk di bangku di depan meja dokter. Saya yang cukup cerewet suka sekali tanya ini itu, komentar ini itu. Namun, kebetulan, dokter Haryono pun ternyata juga suka bercerita. Saya senang mendengarkan ceritanya seperti seorang cucu yang mendengarkan dongeng dari kakeknya saja.
Sore itu adalah pertemuan ketiga untuk ibu cabut gigi. Setelah menangani ibu, dokter tersebut kembali ke tempat duduknya dan mulai bercerita kepada saya.
Suatu ketika pernah seorang bapak-bapak datang dengan keluhan sakit gigi. Katanya dia sudah berobat ke mana-mana tapi tidak sembuh. Segala macam obat baik obak medis maupun obat tradisional dia coba, tetap tidak sembuh. Hingga kemudian ada temannya yang merekomendasikan dokter Haryono di Puri Denta.
Setelah mengobrol dan memeriksa pasien, kemudian dokter Haryono menuliskan resep dan memberikannya kepada pasien tersebut.
“Pak, ini resepnya dihabiskan, ya. Insya Allah sembuh,” pesan dokter Haryono sambil menyerahkan resep itu kepada pasien, dengan maksud pasien tersebut nantinya ke apotek untuk menukar resep tersebut dengan obat, tentunya.
Dua hari kemudian, pasien tersebut datang lagi dengan ceria.
“Wah, dokter ini hebat! Resep yang dokter berikan sangat manjur. Padahal saya baru menghabiskan separuh resep, belum sampai habis semua, tapi sudah langsung sembuh,” sebelum ditanya, pasien itu sudah bercerita sambil menunjukkan potongan kertas resep yang tinggal separuh.
Dokter Haryono seketika tak mampu berkata-kata. Sungguh di luar nurul. Resep yang seharusnya ditukarkan obat dan obatnya diminum, justru kertas resepnya yang dimakan hingga habis separuh. Duh… ada-ada saja pasien satu ini!
Ditulis Oleh:

Fery yanni
Candirejo RT 02 RW 01,
Kelurahan Puluhan, Kecamatan jatinom, Kabupaten KLATEN