Dikisahkan Untuk Syali
barangkali, kita tidak akan kehabisan waktu untuk berduka.
seperti mengeluh pada cuaca, ketika sore tanpa senja,
atau ketika rumpun kecemasan tumbuh begitu saja.
bakat kita tercipta dari kesunyian;
meratapi tatanan kesedihan,
di antara batas kehilangan.
Syali, kau tahu,
bagaimanapun bentuknya
kesedihan tetaplah kesedihan.
Yogyakarta, 2024
Epilog Sunyi
gerimis mengendap
di pelupuk gelap.
dan waktu menata
kesunyian dengan rata.
di mana kelak kita pada akhirnya,
saling mengucap; sampai jumpa.
Yogyakarta, Desember 2024
Mencari Diri
aku menatap diri
pada cermin retak.
tapi yang kutemukan,
hanya separuh wajah.
dari dulu,
aku lupa meletakkan
diriku di mana,
entahlah, dan jika kau tahu,
katakan padaku,
katakan.
Yogyakarta, 2024
Penulis Puisi

Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei. Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menulis puisi dengan dwibahasa, Indonesia-Madura. Tulisannya tersebar diberbagai media, baik lokal maupun nasional. Pernah menjuarai lomba cipta puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung (2021) Saat ini bermukim di Yogyakarta.
Email: aguswidiey03@gmail.com WhatsApp: 085932210147