Ketika pandemi tahun 2020, di saat hampir semua orang mengikuti anjuran work from home dan physical distancing, Teguh masih bekerja sebagai ojek online di Semarang.
“Mas, hari ini kamu nggak usah ngojek ya,” bujuk Nia, istri Teguh.
“Kalau mas nggak ngojek, nanti kita makan apa?”
“Makan nasi pakai garam juga nggak apa-apa, Mas. Kita masih punya persediaan beras untuk beberapa hari.” Selain takut suaminya kena corona, sebagai pengantin baru, Nia yang baru dinikahi Teguh lima bulan lalu itu ingin berduaan dengan suaminya. Teguh mengerti kekhawatiran Nia, tapi agar asap dapur tetap ngebul, ia nekad ngojek.
Sore hari, saat pulang ngojek, Teguh melihat istrinya terkulai lemah dengan wajah pucat.
“Kamu sakit, Dik?” tanya Teguh khawatir.
“Badanku panas Mas, tenggorokanku juga sakit,” jawab Nia sambil terbatuk-batuk.
“Aduh, jangan-jangan kamu kena corona dan aku pembawa virusnya. Padahal kalau ngojek aku udah pakai masker dan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan. Pulang ke rumah juga langsung mandi,” ucap Teguh panik.
Takut terjadi apa-apa dengan istrinya, Teguh membawa Nia periksa ke rumah sakit.
“Semoga dia baik-baik saja,” doa Teguh saat menunggu hasil tes. 30 menit kemudian dirinya dipanggil masuk ke ruang dokter.
“Bagaimana hasilnya, Dok?” Teguh tampak cemas.
“Istri bapak positif.”
Teguh tak bisa menahan tangisnya. Saat ingin memeluk istrinya, refleks Nia menghindar.
“Jangan deket-deket, Mas. Nanti kamu bisa ketularan.” Melihat kejadian itu dokter tersenyum menahan geli.
“Tenang, Bu. Suaminya tidak akan tertular. Ibu Nia postif hamil bukan positif corona,”kata dokter sambil menyerahkan hasil test.
“Alhamdulillah,” seru Teguh dan Nia hampir bersamaan. Kemudian keduanya saling berpelukan erat.
Ditulis Oleh
Saya Yeni Endah, anak kedua dari tiga bersaudara. Tinggal di Jalan Jati Selatan Dalam 6 No. 83 RT 03 RW 13 Banyumanik, Semarang.
Menulis adalah cara yang saya pilih untuk mencurahkan apa yang ada di pikiran saya.