(Solo Mime Parade 13 Juni 2014. Teater Arena, Taman budaya Jawa Tengah)
Di tengah hiruk pikuk dan bederet jadwal kegiatan dan acara pertunjukan baik teater, tari, kethorprak, wayang kulit, musik dan lainya di daerah Solo dan sekitarnya yang pada dekade ini mengalami pertumbuhan yang begitu sesak secara kuantitasnya. Namun pada sisi lain menjadi ironi kuatilitas perntunjukan juga mengalami penurunan. Setidaknya itu yang banyak dirasakan oleh beberapa pengamat atau pemerhati pertujukkan. Di saat gerah dan gundah akan kualitas inilah temen-temen Solo Mime Society menawarkan sebuah wadah bagi para penggiat seni khususnya seni pantomim yang haus akan kualitas pertunjukan.
Ya kelompok solo mime society kemaren malam tanggal 13 juni 2014 di Teater arena Taman Budaya Jawa Tengah menggelar Solo Mime Parede yang kedua. Ajang yang direncanakan akan digelar setiap satu tahun sekali ini memberikan suguhan yang menarik. Ditandai dengan riuh tepuk tangan para penonton yang melihat 6 reportoar pantomimer-pantomimer muda.

Di awali dengan pementasan dua orang anak Alya dan Tyara yang mengangkat judul “Sendiri” di sutradarai oleh Kemin. Kemudian disusul oleh kelompok teater Thoekhoel dengan mengambil judul Red White di sutradari oleh Aleh. Pada pementasan ketiga Himatis ISI Solo. Dan keempat Kang Ututh dari Gubug seni pantomin dengan mengambil cerita tentang Boneka Kayu. Pada pertunjukan kelima dari teater Lugu Fakultas Psikologi UMS dengan apik menampilkan karya Di depanku Ada Kamu yang disutradarai oleh Richardo. Melengkapi parade pantomim malam itu ditutup oleh penyelenggara sendiri dari temen-temen Solo Mime Society mengambil cerita Nyanyian Sepanjang Jalan.
Kehadiran solo mime society yang di gagas oleh Andi wahyudi Seorang pantomimer dari Yogjakarta dan kawan-kawan teater kampus solo dan sekitarnya agaknya menjadi sebuah pilihan yang menarik. Di samping mempertemukan para penggemar pantomin atau bahkan pelaku pantomime di solo yang nota bene perkembanganya belom begitu mendapatkan perhatian yang serius dari para seniman maupun penonton, solo mime society memberikan sebuah tawaran kepada para pelaku dan penggemar seni pertunjukan pantomime. agaknya solo mime parade mempunyai daya tarik sendiri bagi anak-anak muda kalangan teater kampus. Terbukti dari 6 reportoar 4 diantaranya adalah berasal dari teater kampus daerah solo dan sekitarnya. ini menjadi suatu sinyal, bahwa teater kampus mulai peduli dengan pertunjukan pantomime.
Solo mime parade sebuah gelaran kreatifitas dari pantomimer-pantomimer muda yang kebanyakan berasal dari kelompok-kelompok teater kampus yang berada solo dan sekitarnya. Dengan munculnya Kelompok Solo Mime Society di lingkup Surakarta dan sekitarnya menjadi wadah bagi orang yang ingin menggeluti dunia pantomin. Sebab disadari atau tidak dunia perkembangan pantomin di indonesia umunya mengalami tumbuh kembang yang kurang mendapatkan perhatian yang serius. Dan khusunya di lingkup Surakarta dan sekitarnya bisa dikatakan nyaris tidak terdengar gaungnya.
Berharap dari peristiwa parade mime ini bisa memunculkan pantomime-pantomimer muda yang punya kegigihan untuk melanjutkan seni pertunjukan pantomime, sebab dari 6 reportoar yang di tampilkan pada malam itu sedikit banyak memberikan cahaya baru, harapan baru bahwa dunia pantomin mampu dan bisa berkembang dan diterima di masyarakat, terutama daerah solo dan sekitarnya. Dari dua parade yang sudah di jalankan oleh solo mime society acara ini mendapat sambutan yang bagus baik dari kalangan teater kampus sendiri sebagai pelaku dan pangombyong acara.

Pantomim kayaknya menjadi salah satu pilihan yang perlu di seriusi oleh para anggota kelompok-kelompok teater. Sebab pantomin yang notabene memfokuskan diri pada gerak tubuh dan ekspresi wajah juga salah satu bagian atau hal yang elementer dalam dunia teater. Ini sejalan dengan proses-prsose latihan mereka dalam mencipta pementasan teater.
Kesadaran akan menambah kemampuan mereka dalam olah bermain teater agaknya pantomin menjadi sebuah dorongan yang dipilih oleh mereka.
Namun ada yang perlu dicermati oleh para pantomimer-pantomimer muda dalam ajang parade kemaren. Bahwa benar pantomin memfokuskan diri pada sebuah cerita bahasa tubuh dan ekspresi wajah atau mimik. Namun untuk kebutuhan sebuah pemanggungan saya kira juga perlu mendapatkan perhatian dan kecermatan. Sebab dari kacamata penikmat atau penonton sebuah pantomim menitik beratkan pada pertunjukkan optic, visual atau liatan artinya untuk dapat memahami dan menikmati pertunjukan pantomim penonton dituntut untuk melihat secara kasat mata alur cerita bahasa tubuh dan ekepersi atau mimik seorang pemain.
Pada kondisi tertentu ini agak sedikit berbeda dengan pertunjukan teater yang menggabungkan antara dengaran dan liatan. Terkadang ketika kita menikmati pementasan teater untuk mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh sutradara dalam pementasan teater,kita lebih memfokuskan pada dialog/percakapan pemain. Pada kondisi ini alat ekspresi dengaran menjadi lebih penting. Jadi sekali lagi pada titik ini kebutuhan pemanggungan pertunjukuakn pantomin perlu juga di perhatikan.
Ini agaknya menjadi pekerjaan rumah temen-temen Solo Mime Society untuk terus memperbaiki kualitas pertunjukan pantomim. Sehingga daya tarik pantomim lebih bisa terasa bagi para penikmatnya. Di atas semua itu haparan untuk menjadikan pantomim berkembang di daerah Solo dn sekitarnya oleh temen-temen Solo Mime Society perlu mendapakan dukungan dan apresiasi. Semuga harapan itu bisa diwujudkan dengan sungguh-sungguh.
Apresiator

Budi Bodhot Riyanto, seorang aktor teater tinggal di kota Surakarta. Aktif di teater Lungid dan beberapa komunitas seni di kota Solo.