Kamis, April 24, 2025
No menu items!

Kisah Cinta dalam Lima Babak

Must Read

Babab 1: Andro (Anak Lelaki), Boyolali, 23 April 2024

Siang yang sangat gerah. Matahari sedang garang-garangnya memuntahkan panasnya ketika aku sedang keluar dari gedung Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, usai mengurus rencanaku magang di tempat itu. Sampai di gerbang keluar kantor, sejenak aku berhenti karena hendak menyeberang, sekilas aku seperti melihat ibu. Aku menduga begitu karena baju yang dikenakan perempuan itu sama dengan baju kepunyaan ibu, bermotif kembang-kembang kecil berwarna merah dengan dasaran biru tua.

Meski begitu, aku masih merasa bimbang. Selama ini aku belum pernah mendengar ibu punya urusan di kota ini. Selain itu, keadaan orang yang memboncengkan ibu adalah lelaki seumuranku semakin membuatku ragu atas dugaanku. Jika benar, mengapa ketika membonceng dia memberi kesan bahwa lelaki itu bukan seperti orang lain baginya, kedua tangannya melingkar pada bagian perut lelaki itu.

Begitu aku tersadar, gegas kunyalakan motor bermaksud mengikutinya. Aku memperhatikan dari jauh. Mereka berhenti di depan sebuah kedai dan memasuki kedai itu. Kuberanikan mengikuti mereka, dan agar tidak dikenali, sengaja aku mengenakan masker. Setelah memesan minuman, kucari tempat duduk di belakangnya agar bisa memantau mereka dari jarak yang dekat. Di situlah aku yakin perempuan itu memang benar ibu. Beberapa waktu berlalu, aku sangat kaget ketika mereka berciuman. Aku sempat memotret adegan tersebut sebelum kemudian kuputuskan pergi lebih dulu dari sana. Aku harus segera bertemu Nita, adikku.

Babak 2: Nita (Anak Perempuan), Malang, 25 April 2024

Pagi tadi Mas Andro menghubungiku melalui telepon, dia memberi kabar sudah dalam perjalanan ke sini. Katanya sengaja ingin bertemu denganku. Karenanya aku ingin tahu apakah ada sesuatu yang penting. Dia belum menjawab, aku sudah bicara lagi, hari ini aku ada beberapa jadwal kuliah hingga aku menyarankan kepadanya untuk bertemu di dekat kampus. “Kuminta kau tak perlu masuk dulu. Ini penting,” sahutnya.

Namun, ketika Mas Andro sudah sampai indekosku, dia tidak segera menyampaikan sesuatu. Bahkan sampai aku menanyakannya pun tak juga mengatakannya. Dia termenung di ruang tamu indekos sembari merokok. Aku mendekatinya lagi sambil membawakan dia segelas kopi. Kembali aku bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Dia melihatku agak lama, sebelum akhirnya menyerahkan sesuatu yang diambil dari saku bajunya. “Lihatlah,” katanya.

Oh my god! Apa ini Mas?”

“Ibu selingkuh.”

Setelah panjang lebar kami membicarakan hal tersebut, kami memutuskan pulang bersama hari itu juga. Dalam perjalanan, aku tidak habis-habisnya memikirkan ibu. Ada apa dengan ibu? Namun semakin aku berpikir, semakin pula membuatku tidak mengerti. Ibu yang aku pahami adalah ibu yang tidak mungkin melakukan hal itu. Bahkan selama ini aku menilai tak ada yang cacat dari sikap ibu, baik kepada kami maupun kepada bapak.

Babab 3: Wika (Lelaki Lain), Boyolali, 23 April 2024

Aku disarankan kepada Ranti untuk pertemuan kali ini kembali di kota ini. Setidaknya akan lebih aman daripada di Solo, di mana salah satu anaknya kuliah di kota itu, atau di Klaten, kota yang menjadi tempat tinggalnya. Aku langsung menyetujui. Kini kami sudah berada di kedai yang biasa kami kunjungi.

“Tidak apa-apa, kita kembali ke sini?” tanyaku.

“Sebenarnya, di mana pun kita akan aman. Orang akan berpikir kamu adalah anakku,” sahut Ranti sembari tersenyum.

“Cerita kita memang aneh,” ujarku

“Kamu menyesal?” tanya Ranti.

Aku menggeleng. “Aku hanya tak henti heran. Aku bisa melanjutkan cinta ayah yang tak pernah kesampaian.”

“Aku sayang kamu,” ujar Ranti dengan suara manja.

“Aku tanya, mengapa dulu kamu tidak menerima ayah?”

“Kan sudah aku ceritakan.”

“Aku ingin mendengarnya lagi.”

Ranti menuruti kemauanku, menceritakan lagi kisahnya dulu. Dia tidak menyangka hubungannya bersama Tirta hanya berlangsung sekejap. Praktis hanya dua pekan. Tirta mengalami kecelakaan dan sekarat. Ranti sedang di dekatnya ketika Tirta menghembuskan napasnya yang terakhir. Sebelum Tirta benar-benar pergi, sempat berpesan kepadanya. “Cintailah Garda. Teman kita itu sesungguhnya juga mencintaimu. Kita lebih dulu bersatu karenanya dia rela undur diri. Dia orang baik. Aku sangat mengenalnya.”

Ranti bilang, tidak mudah memenuhi permintaan itu. Bahkan dia menjauh dari pertemanan. Sampai akhirnya dia bertemu Iwan, suaminya sekarang, dan mempunyai dua anak. Ranti tidak mengerti mengapa ketika dipertemukan denganku, yang ternyata anak lelaki Garda, dia langsung teringat pesan Tirta yang tidak dia turuti. Hanya sesederhana itu rupanya bisa membuatnya mencintaiku. “Anehnya, kamu pun punya perasaan yang sama kepadaku,” sambungnya.

Belum sepenuhnya ceritanya selesai, Aku telah mencium bibirnya. Ciuman yang menurut pengakuannya selalu membuat hanyut ke dalam cinta.

“Tapi nasibku tetap akan sama dengan nasib bapak,” kataku usai melepas ciuman.

“Maksudmu?”

“Tidak bisa memilikimu seutuhnya.”

“Apakah kamu meragukan cintaku?”

“Tidak. Sama sekali tidak, tapi kelak kamu akan mengerti dengan perkataanku ini.”

Babak 4: Iwan (Suami), Klaten, 27 April 2024

Tidak biasanya, Nita dan Andro mengajakku makan di luar meski tanpa Ranti, ibu mereka. Aku meminta mereka untuk menunggu Ranti pulang dari arisan, rupanya sudah tidak sabar. Biasanya jika di antara kami, ada yang tidak ikut satu saja, acara keluar menjadi batal. Kami akhirnya menuju warung tenda di kota dekat alun-alun. Tempat yang untuk makan terasa nyaman karena setiap pengunjung diberi ruang tersendiri, sehingga untuk berbincang pun lebih nyaman. Dan malam ini aku seperti dikerjai mereka. Ditanya ini itu terkait tentang kisah cintaku bersama Ranti, dari perkenalan sampai memutuskan nikah.

Aku bilang kepada mereka, sesungguhnya kisah cinta kami biasa saja, berjalan seperti air yang mengalir. Tidak ada hentakan apa pun, apalagi prahara yang bisa mengancam keutuhan hubungan kami. Aku merasa kehidupan rumah tangga kami pun berjalan lancar. Aku meyakini tidak ada sesuatu yang mengganjal pada hubungan kami. Aku berusaha menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab, demikian pula Ranti, kuperhatikan telah menjalankan tugasnya sebagai istri dan ibu yang baik.

“Apakah Bapak percaya ibu orang baik?” tanya Nita.

“Tidak pernah meragukan.”

“Sedikit pun Bapak belum pernah merasa kecewa baik perkataan maupun sikap ibu selama ini?” tanya Andro.

“Bahkan tidak memikirkan hal itu.”

Babab 5: Ranti (Istri), Klaten, 30 April 2024

Aku senang, jika seluruh anggota keluarga bisa bertemu. Biasanya Andro dan Nita sulit jika diminta pulang di waktu bersamaan. Dan sekarang mereka bisa pulang di waktu yang sama merupakan kejutan. Namun kali ini mereka sengaja mengajakku makan bersama di luar tanpa Iwan, bapaknya. Dan aku mau-mau saja. Bagiku asal bersama mereka tidak akan mengurangi rasa bahagiaku.

“Apa ibu merasa curiga dengan ajakan kami?” tanya Andro setelah ritual makan usai.

“Ibu tidak mengerti,” sahutku.

“Ada hal yang ingin kami bicarakan dengan Ibu,” ujar Nita.

“Ibu kok jadi deg-degan.”

Andro menunjukkan sebuah foto kepadaku. “Sengaja kami tidak mengajak bapak ikut serta karena kami ingin membicarakan ini,” kata Andro kemudian.

“Kami tidak akan bertanya macam-macam kepada ibu terkait lelaki itu, karena bagi kami orang itu tidak penting. Hanya satu yang ingin kami tahu. Ibu akan memilih dia atau tetap bersama kami?” Pertanyaan Nita tegas.

“Tentu saja ibu memilih kalian,” jawabku tegas. Namun usai menjawab, kepalaku terasa pusing, dan samar terlintas kebenaran perkataan Wika di kedai.***

PENULIS

Yuditeha Penulis yang tinggal di Karanganyar. IG: @yuditeha2

- Advertisement -spot_img

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img
Latest News

Andai Aku Jadi Maghrib 

Adzan maghrib berkumandang. Sebuah penanda yang dinantikan. Semua orang yang berpuasa seolah terprogram untuk menunggu detik-detik  itu. Piring sudah...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img