Kamis, April 24, 2025
No menu items!

Keringat dan Roti

Must Read

Mengaji bisa dilakukan kapan saja. Bahkan ternyata mengaji bisa terjadi dalam momen yang tanpa kita sengaja atau kita atur dan tata lebih dulu. Spontan. Makbedunduk! Meski dalam bahasa santri atau agamanya ada civitas Dei, ada penyelenggaraan Gusti Allah. Hal yang terakhir kusebut itu menjadi pengalaman ringanku.

Demikianlah dua malam lalu (2/9/2024) saat berselancar di internet, aku temukan satu kalimat dalam bahasa Belanda yang dari identifikasi kata per katanya masuk kategori bahasa Belanda ejaan lama atau ancient Dutch. Kalimat itu berbunyi begini : ‘in het zweet, uws aanschijns gij uw broad verdinen”. Tanpa ditemani bahasa Indonesia sebagai terjemahan.

Saling Tubruk Karya Andy SW

Sudah pasti ini peribahasa atau proverb, pikirku. Di era orang “tak lagi repot-repot  membuka kamus” fisikal secara langsung, aku akseslah kemudian fasiltas kamus online untuk mencari tahu apa arti peribahasa itu. Dalam sepersekian detik keluar terjemahan begini: “dalam keringat di wajahmu engkau mendapatkan rotimu.” Yang kuduga benar!

Sementara peribahasa itu sendiri aku dapat saat aku membaca salah satu pidato Soekarno – yang sayang karena ngantuk aku lupa menyimpan link atau tautannya. Aku coba cerna terjemahan itu berkali-kali. Maknanya aku dapatkan, tetapi aku merasa belum mendapat schakles alias sambungan atau konteksnya.

Penasaran, semalam (4/9/2024) kurambah lagi proveb itu dalam konteks pidato Bung Karno di internet. Tapi nihil. Jelang dini hari tanpa sengaja kutemukan proverb itu muncul di momen berbeda, yakni pada pidato Soekarno yang berjudul “Pangan Rakjat Soal Hidup dan Mati” — pada peletakan batu pertama pendirian Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor (kelak menjadi IPB) pada 27 April 1952.

Kali ini, di teks pidato itu, Bung Karno menyandingkan peribahasa Belanda itu dengan sebuah nukilan berbahasa Arab begini : “inna ma’al ‘usri yusra”. Sepenggal kalimat yang aku hafal betul termaktub di dalam Al Qur’an, Surah 94 (Al Insyirah) Ayat 6 yang artinya: “Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan”.

Harapan Karya Andy SW

Dari nukilan Al Insyirah itu kutemukan konteksnya. Bahwa Bung Karno lewat pidato itu tengah mencoba membakar semangat calon-calon insinyur  pertanian pertama di negeri ini. Semangat agar tidak putus asa dalam bekerja keras dan memutar segenap akal budi guna menghadapi permasalahan kebutuhan dan ketercukupan pangan yang sangat fundamental bagi perikehidupan rakyat Indonesia!

Selain paham jlentreh perihal masalah pertanian (beliau kan insinyur juga, meski insiyur teknik), Bung Karno sangat piawai dalam berolah-bahasa dengan membuat paralelisme. Dengan indah ia melakukan pensejajaran antara keringat (kesulitan) dan roti (kemudahan). Dengan indah, ia mensejajarkan kata/kalimat di dalam proverb Belanda dengan nash Al Qur’an, Surah Al Insyirah, Ayat 6.

Demikian pengalamanku mengaji bersama Bung Karno. Sebuah momen yang menurutku tidak saja religius tapi juga artistik, tidak saja agamis, tapi nyeni.  Coba tengok lagi ya,  “dalam keringat di wajahmu engkau mendapatkan rotimu” dan “Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan”.

Segini dulu ya, kalau kepanjangan takut dimarahi admin (yang seniman). Insya Allah, kapan waktu saya nulis lagi tentang seni dalam ungkapan yang sesuai qoidah seni. Salam keringat dan roti!

Penulis

Seneng nulis dan cengengesan. Yèn pas bejo beliau melakukan penelitian atau ngajar secara eceran di kampus. Cita-cita waktu kecil ingin menjadi menteri Pariwisata.

foto Doc Pribadi
Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img
Latest News

Andai Aku Jadi Maghrib 

Adzan maghrib berkumandang. Sebuah penanda yang dinantikan. Semua orang yang berpuasa seolah terprogram untuk menunggu detik-detik  itu. Piring sudah...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img