.
Alkisah Raja Mataram tengah berjalan-jalan bersama serombongan prajurit dan punggawa. Hingga sampailah Beliau di sebuah desa kecil yang sejuk dan asri. Di desa itu sang Raja bermalam. Di desa itu pula sang Raja dipertemukan dengan seorang anak kecil yang rajin membantunya. Karena sifatnya yang menyenangkan dan rajin membantu Anak kecil dari desa terpencil itu diboyong sampai kerajaan.

Sebuah dongeng tentang bocah jelata itu telah menjadi daya atau energi bagi Tokoh kita kali ini. Beliau seorang anak rantau dari desa, yang sekarang masuk wilayah Pemalang jawa Tengah. Desa yang konon tempat tinggal si anak kecil yang disayangi sang Raja.
Nah, Tokoh kita yang berasal dari kota Pemalang ini, tahun 90-an hijrah ke Yogyakarta. Di kota Gudeg inilah petualangannya dimulai.
Mungkin akan terlalu panjang dan melelahkan jika semua perjalanan hidupnya dituliskan. Banyak yang menarik dan kadang filemis, tapi biarlah kisah-kisah itu diceritakan oleh dirinya, dalam buku karyanya nanti sebab ia juga seorang penulis.
Dalam kolom “Orang Kuat” ini hanya akan diceritakan sedikit dari seperithil kisah hidup tokoh kita. Tentu saja dari sudut pandang pengamatan penulis, sejauh mana menangkap kekuatan tokoh kita ini.
Tokoh kita ini seorang pekerja keras dan pantang menyerah. Apapun ia lakukan untuk bertahan hidup dan mewujudkan cita-citanya. Sangat pandai membaca peluang bisnis dan luwes berkomunikasi. Tak heran jika punya banyak teman dan kenalan. Tak sekadar membaca tapi kemudian muncul ide yang langsung dilaksanakan.
Baiklah mari kita berkenalan dengan Beliau. Namanya Ardian Kresna. Usianya sekitar setengah abad lebih beberapa tahun. Berperawakan tinggi, bertubuh kekar, berambut gondrong dan paling hobby bercerita. Apalagi cerita perihal pewayangan dan sejarah kerajaan di Nusantara. Beliaulah jagonya.

Puluhan novel sejarah telah lahir dari ketekunannya menulis yang dimulai sejak muda remaja. Gadis Pesisir, Panah Srikandi, Pronocitro dan Roro Mendut, Gatotkaca Tanding, Dunia Semar dan masih banyak lagi judul-judul bukunya. Selain menulis mas Ardian juga melukis, mendalang, menari, menyungging dan penyelenggara pameran,
Di tengah kesibukannya sebagai seorang seniman bercabang-cabang seni, beliau masih bekerja untuk bertahan hidup. Sebab di Indonesia, seni belum tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lantas apa yang beliau lakukan untuk bertahan hidup?
Pengalaman bertahan hidup inilah yang menjadi suatu inspirasi dan layak untuk disimak. Ardian mengalami banyak peristiwa dan pengalaman pahit manis. Dari berbagai peristiwa itulah kekuatan atau daya hidupya benar-benar teruji.
Mengeluh dan gagal itu soal biasa tapi terus-menerus mencoba menjadi sesuatu yang luar biasa. Ardian tetap berjalan untuk bertahan meskipun berbagai aral melintang datang silih berganti. Namun ia tetap kuat dan semangat Euy…!!
***
Peati…!! Petai..!! Petaii..!!
Di suatu pagi nan cerah ia naik motor keliling perumahan sambil berteriak-teriak menawarkan petai. Alhasil dagangan petainya langsung dikerubung ibu-ibu dan laris manis. Namun usaha itu tak bertahan lama lantaran secara kwantitas dan kwalitas petai menurun. Terpaksa bisnis petai berhenti di tengah jalan.

Ardian tak mau berhenti, masih ada peluang untuk berdagang. Kali ini bersama kekasih hatinya berjualan aneka macam camilan atau snack. Dipasarkan diberbagai warung yang membutuhkan. Entah mengapa usaha ini berhenti di tengah jalan, tapi ia tampak santai menyikapinya.
Masih ada lagi usaha baru yaitu membuat telur asin. Setiap hari ia menumbuk batu bata dicampur garam untuk dioleskan ke cangkang telur Bebek. Hasilnya lumayan enak, terbukti banyak konsumen yang minat.
Dulu ia pernah juga ternak bebek agar terus bertelur untuk diproduksi menjadi telur asin. Sayang sekali banyak warga yang komplain lantaran bauk dan salah tempat. Masak tinggal di perumahan ternak bebek 😀
Di tengah usahanya yang silih berganti itu, tak jarang ia kekurangan uang tapi dengan sigap segera diatasi dengan menjual jaket kulitnya untuk penyambung hidup. Juga kadang menerima order membuat lukisan Nyi Roro Kidul.
Aset andalan jika sudah kehabisan dana adalah menjual burung kesayangannya. Dulu pernah juga ia usaha berternak burung kicauan. Hingga berpuluh burung di dalam rumahnya yang nyeni itu.

Masa mudanya tak kalah tangguhnya dengan masa sekarang. Pemuda gagah lulusan Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jurusan Ilmu Politik itu bersama teman-temannya mendirikan percetakan.
Pada awal tahun 2000-an usaha percetakan cukup mentereng dan banyak hasilnya. Sayang, setelah beberapa tahun berdiri usaha bersama itu gulung tikar karena menejemen yang kurang bagus.
Saat Ini Hingga Entah Nanti
Apa yang menjadi andalan bisnisnya untuk bertahan hidup dalam jangka panjang? Lagi lagi tokoh kita ini tak pernah panik dalam mengahadapi tantangan jaman di masa kini. Selalu saja ada peluang untuk menggapai rejeki yang halal dan meriah.
Pada musim Durian ia tak ketinggalan turut berburu Durian di desa-desa penghasil Durian. Kemudian dijualnya hasil buruan tersebut di pasar, dengan jaminan “Lezat rasanya”.
Sudah barang tentu peminatnya banyak meski kadang ia mengeluh ada pembeli yang tidak jujur: ngambil tiga ngaku dua L. Musim durian usai terpaksa ia cari peluang berbisnis lagi.
Setiap tahun di bulan Juli mas Ardian selalu lolos ikut meramaikan Pasar Kangen, Event Tahunan di Taman Budaya Yogyakarta. Di pasar kangen membuka stand kuliner yang diberinama “LONTEASU” kepanjangannya Lontong Telur Ayam Suwir J Hasilnya cukup lumayan bisa buat mentraktir bakmi godog teman-temannya.

Dari sekian banyak aktivitasnya yang padat, mas Ardian masih sempat menulis cerita horor baik dalam bahasa Indonesia maupan bahasa jawa. Kumpulan cerita itu menjadi incaran penerbit untuk dipasarkan ditengah masyarakat yang gandrung cerita horor.
Mas Ardian juga membuat wayang dari bahan plastik yang dikreasi dan diwarnai sendiri. Kadang ada tanggapan juga untuk memainkan wayangnya. Sebab mas Ardian juga menempuh sekolah dalang di kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di kraton inilah intensitas kesetiaan untuk nguri-uri seni budaya jawa benar-benar diuji.
Rupanya cerita sejarah tetang anak kecil dari pelosok desa yang diboyong ke Kraton oleh sang raja tak sekadar dongeng. Mas Ardian seperti mengalaminya, alur kehidupan melingkar. Bocah itu menitis di tubuh mas Ardian yang kini menjadi abdi dalem kraton muda yang rajin dan trengginas.

Apakah menjadi abdi dalem mempersempit ruang hidup dan pikirannya? Jawabnya TIDAK. Mas Ardian masih terus berpikir kreatif dan inovatif.
Dalam dunia seni rupa yang juga ditekuninya telah melahirkan gagasan seru darinya. Gagasan yang menarik banyak seniman rupa dari berbagai kota di Indonesia.
Bersama dua orang temannya, mas Ardian mendirikan semacam Event Organizer (EO) kecil untuk menyelenggarakan acara pameran senirupa. Pameran tersebut diselenggarakan di bermacam ruang seperti di Hotel, bangunan Heritage (Benteng Vredenburg) dan di Taman Budaya Yogyakarta.
Pameran seni lukis ini untuk memotivasi para seniman pemula dan senior untuk terus berkarya. Peserta pameran tak sebatas satu kota, tapi banyak kota. Pameran kelas nasional dengan tajuk atau tema besar tentang nasionalisme.
Biaya untuk mengikuti pameran juga terjangkau oleh para seniman. Bagi penyelenggara sendiri juga tidak merugi, sebuah simbiosis mutualisma seni. Semoga menejemen kerja tetap terjaga dengan sehat dan lancar jaya hingga entah nanti.

Begitulah keteguhan, keberanian, kekuatan, kecerdasan dan ketekunan seorang Ardian Kresna. Baginya tak ada waktu untuk berkeluh kesah atau sambat. Semua musti dijalani dengan jiwa dan hati yang berbinar-binar. Demi menjaga kewarasan menghadapi perubahan jaman yang begitu cepat dan membingugkan.
Salam keringat dari mas Ardian. (S3)
Yogyakarta-Surakarta, Juli 2024