Tulisan ini hadir sebagai bentuk apresiasi saya atas semangat generasi muda Sumatera Barat di dalam menjalankan proses berkesenian. Proses berkesenian tersebut, dibuktikan melalui program-program yang dilaksanakan secara berkala, konsisten, dan kontinyu.
Generasi muda dihimpun melalui payung organisasi kesenian yang diberi nama Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT). Hampir secara keseluruhan, anggota komunitas ini berisi para generasi muda yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa yang berdomisili di Kota Padang-Sumatera Barat.
Tentu saja, tulisan ini tidak bermaksud untuk mengulas keseluruhan program kerja Komunitas Seni Nan Tumpah. Saya hanya memilih salah satu program yang saya anggap langsung bersentuhan dengan pemberdayaan seni terhadap generasi muda, khususnya untuk pelajar SMA/SMK/MA di Sumatera Barat. Program yang dimaksud adalah Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS).
Sebetulnya, saya belum melihat langsung program NTMS, tetapi berdasarkan obrolan dengan Mahatma Muhammad (sutradara, sekaligus pendiri Komunitas Seni Nan Tumpah), juga beberapa kliping koran, foto, dan video terkait kegiatan NTMS, data tersebut sangat membantu saya dalam mempersiapkan tulisan singkat, padat, dan merayap ini.
Komunitas Seni Nan Tumpah, didirikan oleh Mahatma Muhammad, Halvika Padma, dan Yosefintia Sinta, bulan Desember 2009. Komunitas ini diresmikan pada pementasan perdana yang diselenggarakan tanggal 9 Oktober 2010.
Pementasan teater, yang bertolak dari cerpen Cincin Kelopak Mawar karya Firdaus, ditransformasi ke bentuk naskah drama oleh Mahatma Muhammad selaku penulis dan sutradara, menjadi entry point Komunitas Seni Nan Tumpah untuk terus menumpahkan gagasan-gagasan keseniannya melalui media teater, sastra, musik, tari, dan seni rupa.
Nama Nan Tumpah merupakan metafora atas proses yang berkelanjutan kemudian mencapai kesempurnaan ketika ditumpahkan di atas panggung. Menumpahkan segala bentuk kreativitas kesenian yang dijalankan oleh Komunitas Seni Nan Tumpah tentu saja membutuhkan dedikasi, tanggung jawab, dan disiplin. Menurut hemat saya, semenjak diresmikan pada tahun 2010, sampai saat ini komitmen inilah yang tetap dijaga oleh seluruh anggota yang terlibat berproses, dan melaksanakan program-program kesenian Komunitas Seni Nan Tumpah.
Semenjak tahun 2010, Komunitas Seni Nan Tumpah telah melahirkan karya-karya teater, program kerja sama, mengikuti undangan sebagai peserta pertunjukan, program internal, serta telah meraih beberapa prestasi di wilayah Sumatera Barat, maupun nasional.
Kegiatan yang dimaksud (hanya menyebut beberapa) adalah (1) Cincin Kelopak Mawar, naskah lakon karya Mahatma Muhammad (dikembangkan dari cerpen Firdaus dengan judul yang sama), sutradara Mahatma Muhammad, di Gedung Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat, Oktober 2010.
(2) Cerita Kanak-kanak dari Dunia Kucing, naskah lakon karya Mahatma Muhammad, sutradara Mahatma Muhammad, di Gedung Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat, Mei 2011, (3) Madekur dan Tarkeni naskah lakon karya Arifin C Noer, sutradara Mahatma Muhammad, pada Invitasi Teater Lokal Federasi Teater Indonesia wilayah cakupan Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, di Teater Arena ISI Padangpanjang, dan Teater Bulungan Jakarta di tahun yang sama.
(4) Nilam binti Malin, naskah lakon Karta Kusumah, sutradara Mahatma Muhammad, di Gedung Kesenian Jakarta, dalam event Festival Nasional Teater Tradisional, Jakarta, Juni 2014, (5) Alam Takambang Jadi Batu, naskah/sutradara Mahatma Muhammad, dalam Pekan Teater Nasional, di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Agustus 2017.

(6) Pentas Teater Rakyat Rumah Aman Gempa bekerjasama dengan IDEP Foundation untuk sosialisasi rumah aman gempa di ruang publik, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Januari-Maret 2012, (7) Grup Terbaik, Artistik Terbaik dan Aktor Terbaik dalam Alek Teater Sumatera Barat 2011 dan 2012 yang diadakan UPTD Taman Budaya Sumatera Barat.
(8) Grup Terbaik Versi Juri dalam Invitasi Teater Nasional Federasi Teater Indonesia (FTI) di Auditorium Gelanggang Bulungan Jakarta Selatan, Desember 2012, (9) Penampil Terbaik dalam Festival Nasional Teater Tradisional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Gedung Kesenian Jakarta, Juni 2014.
Sejauh amatan saya, terdapat dua program unggulan Komunitas Seni Nan Tumpah semenjak tahun 2011 sampai dengan tahun 2018. Dua program yang dimaksud adalah (1) Pekan Seni Nan Tumpah, dan (2) Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS). Tahun 2017 terdapat satu program yang diberi nama Ke Rumah Nan Tumpah (KRNT).
Program KRNT bertujuan untuk menyuguhkan pertunjukan seni, pelatihan-pelatihan dan kegiatan yang bersifat edukatif kepada masyarakat Korong Kasai (Padang Pariaman) yang masih minim akses pertunjukan seni. Program ini juga merupakan wujud kerjasama lintas komunitas yang selalu berusaha dibangun oleh Komunitas Seni Nan Tumpah guna menciptakan iklim yang positif dalam kerja-kerja kesenian dan kebudayaan Sumatra Barat, khususnya di daerah Korong Kasai yang dijadikan sebagai tempat berorganisasi dan berproses kesenian.
Pekan Seni Nan Tumpah merupakan agenda perayaan kesenian yang bertujuan untuk mempertemukan berbagai disiplin seni seperti teater, tari, musik, sastra, dan seni rupa di dalam satu event. Program ini dilaksanakan sekali dalam dua tahun, dimulai pada tahun 2011, 2013, 2015, dan 2017. Kegiatan ini sebagai bentuk pelacakan, pemetaan, sekaligus mencipta iklim kreatif melalui agenda festival. Tawaran konsep, capaian bentuk estetik, dan artistik, disuguhkan oleh para penampil seni pertunjukan tradisional, sampai dengan penampil seni pertunjukan kontemporer.
Pertemuan beberapa kelompok/komunitas seni pertunjukan dalam event Pekan Seni Nan Tumpah dalam bentuk pementasan teater, tari, dan musik, termasuk diskusi seni, memberikan energi positif terhadap dinamika maupun perkembangan seni pertunjukan di Sumatera Barat. Tentu saja, aspek teknis pelaksanaan kegiatan, fasilitas yang kurang memadai, serta kritik terhadap karya-karya yang ditampilkan menjadi catatan penting di dalam penyelenggaraan Pekan Seni Nan Tumpah.
Beberapa kelompok seni pertunjukan yang pernah hadir dalam Pekan Seni Nan Tumpah, adalah (1) Teater Bandar Peran-Padangpanjang, (2) Teater Sakata-Padangpanjang, (3) Komunitas Seni Hitam-Putih Sumatera Barat, (4) Sanggar Seni Dayung-Dayung Kayutanam, (5) Teater Jengkal-Bengkulu, (6) Sherlilab-Padangpanjang, (7) Galang Dance Company-Padang, (8) Kelompok Musik Balega-Padang, dan lain-lain.
Sementara itu, program Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS) merupakan agenda pementasan dan lokakarya seni pertunjukan (khususnya teater) di beberapa sekolah di Sumatera Barat. Gagasan pementasan dan lokakarya tentu saja bertolak pada persoalan yang dekat dengan kehidupan siswa/siswi di sekolah, kemudian dikemas menjadi naskah drama, puisi, maupun penciptaan peristiwa teatrikal yang dieksplorasi di dalam proses latihan.
Program Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS) menjadi salah satu agenda efektif di dalam membangun kesadaran generasi muda (pelajar setingkat SMA/SMK/MA) terhadap pentingnya kesenian sebagai salah satu bagian dalam proses pendidikan.
Tentu saja, melalui kesenian, siswa dapat menjadi kreatif, memiliki daya imajinasi kuat, memiliki kepekaan sosial, mampu mengasah kecerdasan emosional, memiliki kecerdasan spiritual, serta kritis menyikapi segala persoalan yang terjadi di sekitar mereka. Program NTMS dirancang untuk mendekatkan seni pertunjukan kepada generasi muda.
Komunitas Seni Nan Tumpah mempersiapkan materi pelatihan, karya pertunjukan yang dibawa ke sekolah-sekolah, juga mempersiapkan materi kolaborasi yang langsung melibatkan para siswa/siswi di dalam dinamika proses dan pementasan.
Sepanjang 2011-2016, program NTMS sudah diselenggarakan di beberapa sekolah di Sumatera Barat, yaitu; SMA Ekasakti Padang, SMAN 2 Padang, SMA Pertiwi 1 Padang, SMPN Pertiwi 1 Padang, SMA Adabiah 2 Padang, SMAN 3 Padang, SMAN 1 Batang Anai Padangpariaman, SMAN 2 Batang Anai Padangpariaman, SMKN 1 Enam Lingkung Padangpariaman, SMA INS Kayutanam Padangpariaman, SMAN 1 Lubuk Alung Padangpariaman, SMA/SMK YDB Lubuk Alung Padangpariaman, SMA 1 2×11 Kayu Tanam Padangpariaman, dan SMA 2 Lubuk Alung Padangpariaman.
Materi pelatihan yang diterapkan oleh Komunitas Seni Nan Tumpah di setiap sekolah yang dikunjungi secara keseluruhan relatif sama. Hal yang membedakan adalah, konstruksi terhadap tema yang dijadikan sebagai materi pelatihan, cenderung menyesuaikan dengan isu atau persoalan yang relevan dengan situasi, dan kondisi kehidupan siswa, guru, maupun dunia pendidikan setempat.
Di tahun 2017, tepatnya tanggal 17, 18, 24, dan 25 November 2017, program NTMS #7 dilaksanakan di empat sekolah di Sumatera Barat yaitu di SMKN 1 Sumbar, SMAN 7 Padang, SMAN 1 Payakumbuh dan SMAN 2 Payakumbuh. Materi pelatihan yang diberikan kepada siswa/siswi adalah (1) pelatihan akting, (2) pelatihan baca puisi, (3) pelatihan tata artistik, (4) proses dan pementasan teater.
Di samping pelatihan seni pertunjukan, Komunitas Seni Nan Tumpah juga mempersiapkan karya teater dengan judul Bincang-bicang Mmsfthhhftttzz!‘ karya/sutradara Ivan Harley. Karya ini, secara spesifik menyoroti fenomena pemberlakuan jam penuh di sekolah (full day school) yang sangat berdampak pada situasi psikologis siswa/siswi di dalam menyerap mata pelajaran, ditambah dengan beban tugas dalam bentuk pekerjaan rumah (PR) yang mengakibatkan siswa/siswi tidak memiliki ruang untuk bermain, bersosialisasi, apalagi berkesenian.

Pada 12 Mei 2018, kegiatan NTMS #8 dilaksanakan di Kota Padangpanjang, Sumatera Barat. Terdapat tiga sekolah yang dikunjungi oleh Komunitas Seni Nan Tumpah yaitu SMA 1 Padang Panjang, SMA 3 Padang Panjang dan MA KMM Kauman Padang Panjang, bekerjasama dengan Forum Pegiat Literasi (FPL) Padangpanjang-Sumatera Barat. Masing-masing sekolah secara spesifik mendapatkan materi dasar mengenai teater, pelatihan akting, dan latihan bersama.
Tema yang diusung dalam kegiatan NTMS #8 adalah Sejarah Indonesia. Tema ini berusaha untuk membuka pengetahuan siswa/siswi secara kritis mengenai sejarah Indonesia, manipulasi sejarah, serta mata pelajaran sejarah yang sangat mempengaruhi perilaku generasi bangsa, termasuk pemanfaatan teknologi-informasi yang dipahami sebagai bagian dari periodesasi sejarah manusia yang tidak bisa dihindari.
Di samping materi pelatihan teater, Komunitas Seni Nan Tumpah juga mempersiapkan sebuah karya teater yang ditampilkan di hadapan siswa/siswi SMA 1 Padang Panjang, SMA 3 Padang Panjang dan MA KMM Kauman Padang Panjang dengan judul Jas Merah karya Yunisa Dwiranda, disutradarai oleh Tenku Raja Ganesha.
Aktor/aktris yang terlibat di dalam karya tersebut merupakan anggota baru yang telah lulus di dalam program latihan dasar Komunitas Seni Nan Tumpah, tahun 2018. Karya teater Jas Merah merespons tema NTMS #8 yang bertolak pada sejarah Indonesia. Sejarah itu hadir, maupun diciptakan, sangat mempengaruhi kehidupan manusia hari ini.
Di MA KMM Kauman Padangpanjang, kegiatan pelatihan NTMS #8 dan penampilan karya teater Jas Merah mulanya akan dilaksanakan di luar ruangan. Mengingat kondisi cuaca kurang baik, akhirnya kegiatan dipindahkan ke Aula Sekolah. Penampilan karya teater Jas Merah dihadiri oleh siswa/siswi kelas X dan XI, dan direspons dengan baik.
Kehadiran Komunitas Seni Nan Tumpah di MA KMM Kauman Padangpanjang memberikan energi positif terhadap situasi mata pelajaran kesenian di MA KMM Kauman yang belum menjadi perhatian khusus. Hal tersebut mendorong Kepala Madrasah untuk memberikan perhatian secara khusus terhadap mata pelajaran kesenian, yang sejajar posisinya dengan mata pelajaran lainnya.
Hal yang paling mendasar dari pelaksanaan NTMS, sekaligus menjadi penutup tulisan ini adalah terletak pada cita-cita, semangat untuk berbagi pengalaman praktik berkesenian yang ditujukan kepada generasi muda, khususnya untuk para siswa/siswi SMA/SMK/MA di Sumatera Barat. Intensitas untuk memperkenalkan dunia teater kepada kalangan generasi muda, menjadi tolok ukur atas kontribusi Komunitas Seni Nan Tumpah terhadap kehidupan teater Indonesia, khususnya di Sumatera Barat. Tabik!***
Penulis

Afrizal Harun, seorang Sutradara dan aktif berkegiatan teater di Komunitas Seni Hitam Putih. Beliau juga seorang penulis naskah dan artikel tentang seni pertunjukan. Bekerja sebagai Dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatra Barat.