“Seseorang datang untuk menuntunku melanjutkan study. Sesuatu yang awalnya memang aku bayangkan, tetapi tidak tau kapan atau apakah bisa kulaksanakan”.
Sejak kecil takdir mengatakan bahwa teater adalah bagian dari hidup saya. Kenapa ? Ya karena Babe (Ayah) memilih jalan teater sebagai pilihan hidupnya. Lantas apakah saya diwajibkan terjun dan memilih jalan itu jua ?

Tentu saja tidak.
Seiring berjalannya waktu, mau tidak mau daya magnet teater memeluk dan menuntun langkahku sampai hari ini. Salah satu bagian besar yang membentuk dan memeluk eratku adalah teater pelajar.
Dulu awal masuk SMA, daku over confidence karena merasa sudah berteater, bapakku orang teater. Liat saja! Teater SMA yang sering juara itu pasti aku kalahkan (lazimnya pikiran anak SMA yang jiwa kompetitif dan kemurnian grasa grusu kekekeke).
Awal masuk sma, daku dilatih oleh mas Titus Pak’e Jepun tapi sayang tidak panjang usia latian kami hihi karena mas Titus setauku saat itu sangat sibuk. Lalu berlanjut dengan mas Yustinus Popo, yang sampai saat ini menjadi sahabat dan keluarga baik dalam berdinamika teater maupun hidup.
Usia kepelatihan dua senior ini tidak cukup panjang. Kemudian daku beralih pada ekstrakulikuler basket, karena sudah berteater di luar sekolah. Dan rasanya ikutan ekstra Basket lebih keren.
Hingga suatu sore seorang alumni, yang usianya terpaut jauh denganku, datang menjemputku. Mengajaku untuk melanjutkan teater kami secara mandiri.
Titik ini yang merubah pikiranku. Teater SMA tidak hanya bicara teknik, juara dan baik buruk pertunjukan. Berteater di sekolah adalah membangun ruang organisatoris. Teater adalah pintu yang membekali kita kemanapaun kita akan menuju. Teater adalah berkeluarga.
Semangat itu yang saya jaga sampai hari ini.

Suatu waktu ketika sudah lulus daku diberi rejeki paseduluran yaitu mas Herry W Nugroho yang datang bersama teater bangkit SMA 28 jakarta berpentas di solo. Perkenalan dan kehangatan proses itu membawa daku untuk bisa belajar dalam festival teater pelajar se JABODETABEK dibulungan jakarta selatan.
Gilak , kenapa Solo gapunya jarigan teater yang organik dan sehat begini.
Ambisi-ambisi untuk selalu menjadi juara, selalu menjadi pemenang, dikatakan sebagai teater paling keren. Hilang! Lenyap!
Kenapa ga membangun keluarga yang lebih besar lagi!
Semangat itu kubawa pulang.
Dari perjalanan itu akhirnya lahir pula JTP (Jaringan Teater Pelajar) di Solo. Suatu saat nanti cerita soal JTP akan kuceritakan lebih lanjut. Hehehe…
Dari segala proses dan perjalanan teater. Dari banyak pertanyaan kenapa masih bersama teater pelajar hingga hari ini. Segala petualangan dan harapan bagaimana teater pelajar hari ini akan coba saya tuangkan dalam karya ini. Sebuah karya dari proses studiku yang ternyata bisa kulaksanakan. Karya yang kuberi judul : Home.
Berkati 🙏
Ditulis oleh
Yogi Swara Manitis Aji S.S lahir di Solo 22 April. Mulai berkesenian sejak kecil dengan ikut sanggar tari Soerya Soemirat Keraton Mangkunegaran, Sanggar dalang Sarotama dan Teater TERA junior. Hingga kini aktif sebagai aktor, sutradara di teater akar Surakarta dan teater TERA, Pembina di Jaringan Teater Pelajar. Aktif di Ruma Panggung Production team and creative network.
